Friday, May 3, 2019

Diskusi 5 Sesi 5 IPBA Pengaruh Revolusi Bumi Dan Sistem Lunar Calender

Diskusi 5
Pengaruh Revolusi Bumi Dan Sistem Lunar Calender


Materi Inisiasi 5.1



Permasalahan:

Jelaskan apa saja efek dari revolusi bumi terhadap kehidupan di bumi?
Salah satu fenomena akibat pergerakan dalam sistem matahari-bumi dan bulan adalah terjadinya fase bulan yang berpengaruh dalam sistem penanggalan (kalender). Setelah membaca modul terkait gerak bumi, waktu, dan penanggalan dan mempelajari media animasi yang telah disediakan  mari diskusikan : bagaimana fase bulan dapat terjadi? Mengapa fase bulan sangat berperan dalam sistem penanggalan?

Jawaban:

A. Pengertian Revolusi Bumi 

Revolusi Bumi adalah peredaran bumi mengelilingi matahari. Revolusi bumi merupakan akibat tarik menarik antara gaya gravitasi matahari dengan gaya gravitasi bumi, selain perputaran bumi pada porosnya atau disebut rotasi bumi.
Kala revolusi bumi dalam satu kali mengelilingi matahari adalah 365¼ hari. Bumi berevolusi tidak tegak lurus terhadap bidang ekliptika melainkan miring dengan arah  yang sama membentuk sudut 23,50  terhadap matahari, sudut ini diukur dari garis imajiner yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan yang disebut dengan sumbu rotasi.

B. Pengaruh Revolusi Bumi

1. Pergantian musim

Belahan bumi utara dan selatan mengalami empat musim. Empat musim itu adalah musim semi, musim panas, musim gugur,, dan musim dingin. Berikut ini adalah tabel musim pad waktu dan daerah tertentu di belahan bumi.

Musim-musim dibelah bumi utara
  • Musim semi : 21 Maret – 21 Juni 
  • Musim panas : 21 Juni – 23 September
  • Musim gugur : 23 September – 22 Desember
  • Musim Dingin : 22 Desember – 21 Maret
Musim-musim dibelah bumi selatan
  • Musim semi : 23 September – 22 Desember 
  • Musim panas : 22 Desember – 21 
  • Maret Musim gugur : 21 Maret – 22 Juni
  • Musim Dingin : 21 Juni – 23 September

Perbedaan lamanya siang dan malam

Antara tanggal 21 Maret s.d 23 September
  • Kutub utara mendekati matahari, sedangkan kutub selatan menjauhi matahari.
  • Belahan bumi utara menerima sinar matahari lebih banyak daripada belahan bumi selatan.
  • Panjang siang dibelahan bumi utara lebih lama daripada dibelahan bumi selatan.
  • Ada daerah disekitar kutub utara yang mengalami siang 24 jam dan ada daerah disekitar kutub selatan yang mengalami malam 24 jam.

Antara tanggal 23 September s.d 21 Maret

  • Kutub selatan lebih dekat mendekati matahari, sedangkan kutub utara lebih menjauhi matahari.
  • Belahan bumi selatan menerima sinar matahari lebih banyak daripada belahan bumi utara.
  • Panjang siang dibelahan bumi selatan lebih lama daripada belahan bumi utara. 
  • Ada daerah di sekitar kutub utara yang mengalami malam 24 jam dan ada daerah di sekitar kutub selatan mengalami siang 24 jam.

Pada tanggal 21 Maret dan 23 Desember

  • Kutub utara dan kutub selatan berjarak sama ke matahari.
  • Belahan bumi utara dan belahan bumi selatan menerima sinar matahari sama banyaknya.
  • Panjang siang dan malam sama diseluruh belahan bumi.
  • Di daerah khatulistiwa matahahari tampak melintas tepat di atas kepala.

2. Gerak semu matahari

Pergeseran posisi matahari ke arah belahan bumi utara (22 Desember –21 Juni) dan pergeseran posisi matahari dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan (21 Juni – 21 Desember ) disebut gerak semu harian matahari. Disebut demikian karena sebenarnya matahari tidak bergerak. Gerak itu akibat revolusi bumi dengan sumbu rotasi yang miring.

3. Terlihatnya rasi bintang yang berbeda dari bulan ke bulan

Rasi bintang adalah susunan bintang-bintang yang tampak dari bumi membentuk pola-pola tertentu. Bintang-bintang membentuk sebuah rasi sebenarnya tidak berada pada lokasi yang berdekatan. Karena letak bintang- bintang itu sangat jauh, maka ketika diamati dari bumi seolah-olah tampak berdekatan. Rasi bintang yang kita kenal antara lain Aquarius, Pisces, Gemini, Scorpio, Leo, dan lain-lain.
Ketika bumi berada disebelah timur matahari, kita hanya dapat melihat bintang-bintang yang berada di sebelah timur matahari. Ketika bumi berada di sebelah utara matahari, kita hanya dapat melihat bintang-bintang yang berada di sebelah utara matahari. Akibat adanya revolusi bumi, bintang-bintang yang nampak dari bumi selalu berubah.

4. Kalender Masehi

Lama waktu dalam setahun adalah 365 hari. Untuk menampung kelebihan ¼ hari pada tiap tahun maka lamanya satu tahun diperpanjang 1 hari menjadi 366 hari pada setiap empat tahun. Satu hari tersebut ditambahkan pada bulan februari. Tahun yang lebih panjang sehari ini disebut tahun kabisat. Untuk mempermudah mengingat, maka dipilih sebagai tahun kabisat adalah tahun yang habis dibagi empat .


Sistem Lunar Calendar

A. Pengertian Sistem Lunar Calendar

Sistem lunar calendar merupakan sistem penanggalan yang perhitungannya didasarkan pada   pergerakan bulan,   sehingga sistem ini disebut juga dengan penanggalan kamariah. Konsep perhitungan sistem penanggalan   ini   didasarkan   pada   lama   perjalanan   rotasi bulan  mengelilingi  bumi.  Jumlah  rata-rata  lama  rotasi  bumi  adalah 29,530588 hari atau 29h 12j 44m 2,8d (periode sinodis bulan). 
Jika menilik pergerakan bumi bersama-sama bulan mengelilingi matahari,  maka  terjadi  dua  waktu  peredaran  yang  dimiliki  bulan, periode sideris dan perode sinodis. Periode sideris adalah rentang waktu yang dibutuhkan bulan untuk mengitari bumi satu lingkaran penuh selama  27,32166  hari  atau  27h  7j  43m.  Sedangkan  periode  sinodis adalah rentang waktu yang dibutuhkan oleh bulan antara satu fase bulan baru  ke  fase  bulan  baru  berikutnya  (dua  konjungsi)  yaitu  selama 29,530588 hari atau 29h 12j 44m 2,8d, maka dalam satu bulan kadang berumur 29 hari atau 30 hari. 
Waktu   yang   dibutuhkan   bulan mengelilingi   bumi   untuk sekali putaran  (sideris)  merupakan  periode  yang sebenarnya,  namun waktu peredaran  ini  tidak dipergunakan  dalam  perhitungan   bulan, karena belum  terjadinya  bulan  baru  yang ditandai  dengan  wujudnya hilal. 
Sehingga dalam regulasi sistem lunar calendar, waktu peredaran yang dipergunakan   adalah periode sinodis, contoh penanggalan yang termasuk sistem ini adalah penanggalan Hijriah. Susiknan  Azhari yang   mengutip   pernyataan   Muhammad   Ilyas mengatakan bahwa penanggalan Hijriah yaitu penanggalan yang berdasarkan perhitungan  kemungkinan  hilal  pertama  kali  terlihat (visibilitas hilal) dari  suatu  tempat  pada  sebuah  negara.  Penanggalan  Hijriah yang masuk kategori sistem lunar merupakan penanggalan yang awal perhitungan    bulan    barunya    didasarkan    apabila    telah    terjadi konjungsi  matahari  terlebih  dahulu  dibandingkan  bulan  (moonset after sunset). Sangat berbeda jika dibandingkan penanggalan Masehi yang menekankan pada   konsistensi   terhadap   perubahan   musim, tanpa memperhatikan tanda perubahan hariannya. Penanggalan   Hijriah  hanya  berumur  354,3667  hari  dalam setahun, artinya  pada  tiap  tahun  terdapat  selisih  kurang  11  hari.
jika dikomparasikan   dengan   penanggalan   Masehi   yang   berumur 365,2422518 hari. Akibatnya, semua perayaan yang terdapat dalam penanggalan Hijriah seperti puasa Ramadlan, Idul Fitri, atau Idul Adha selalu terjadi mundur setiap tahun. Maka semua bulan dalam penanggalan Masehi akan  mengalami beberapa perayaan penanggalan Hijriah tersebut.

B. Fase-Fase Bulan

Bulan adalah benda langit yang tidak mempunyai sinar. Cahayanya yang tampak dari Bumi sebenarnya merupakan sinar Matahari  yang dipantulkan oleh Bulan. Dari hari ke hari bentuk dan ukuran cahaya Bulan berubah-ubah sesuai dengan posisi Bulan terhadap Matahari dan Bumi.
Hal ini dinamakan fase Bulan (Moon’s phase) dan terulang setiap sekitar 29,5 hari, yaitu waktu yang diperlukan Bulan untuk mengelilingi Bumi. Empat fase utama yang penting bagi Bulan antara lain:

  1. Bulan Baru (New Moon)
  2. Kuartal Pertaama (First Quarter)
  3. Bulan Purnama (Full Moon)
  4. Kuartal Ketiga atau Terakhir (Third Quarter atau Last Quarter)

Empat fase di atas merupakan fase utama Bulan. Selain fase utama tersebut, juga terdapat delapan fase yang lebih detail. Delapan fase ini dapat dibedakan dalam proses sejak waktu hilal (Bulan baru) muncul sampai tidak ada (tidak tampak). Pada dasarnya, ini menunjukkan  delapan  tahap  bagian  permukaan  Bulan  yang  terkena sinar Matahari dan kenampakan  geosentris bagian yang tersinari ini yang dapat dilihat dari Bumi. Kondisi yang dijelaskan dalam tahapan detail fase Bulan ini dapat berlaku di lokasi manapun di permukaan Bumi. Fase-fase tersebut antara lain.

a. Fase Pertama

Pada saat Bulan persis berada diantara Bumi dan Matahari yaitu pada saat ijtima’ maka seluruh bagian Bulan yang tidak menerima sinar Matahari persis menghadap ke Bumi. Akibatnya, saat itu Bulan tidak tampak dari Bumi. Peristiwa tersebut dinamakan  Muhak atau Bulan Mati.
Begitu Bulan bergerak, maka ada bagian Bulan yang menerima sinar dari Matahari terlihat dari Bumi. Bagian Bulan ini terlihat sangat kecil dan berbentuk sabit. Peristiwa ini lah yang disebut dengan Hilal awal bulan.
Dalam  posisi  (fase)  ini,  bersamaan  dengan  gerakan  Bulan mengelilingi Bumi, kita melihat bagian Bulan yang terkena sinar Matahari semula sangat kecil berbentuk sabit (crescent) yang semakin hari semakin membesar. Yang harus diperhatikan, dan sering menjadi anggapan umum yang salah adalah bagian Bulan yang gelap adalah semata-mata   karena   tidak   terkena   sinar   Matahari,   bukan   karena terhalang  Bumi  (karena  peristiwa  Bulan  tertutup  bayangan  Bumi disebut gerhana Bulan, dan kedua peristiwa ini jelas berbeda). 
Bulan mengalami perubahan bentuk, membesar dari sabit menjadi setengah lingkaran, kemudian lingkaran penuh dan menyusut kembali. Dikarenakan perubahan posisi bulan relatif terhadap matahari jika ditinjau dari bumi. 
Saat Bulan sabit pertama kali dapat dilihat inilah yang disebut Hilal yang menandai awal sebuah Bulan dalam kalender Hijriyah dan kalender bangsa Yahudi (kalender Yahudi juga menggunakan kondisi hilal ini sebagai hari pertama dari sebuah bulan). Dalam ilmu Astronomi, proses semakin besarnya Bulan ini dinamakan waxing crescent moon.
Bulan baru sebetulnya terbit di sebelah timur hampir bersamaan dengan terbitnya Matahari, berada tepat di tengah langit juga sekitar waktu tengah hari, dan tenggelam juga hampir bersamaan dengan tenggelamnya Matahari di barat. Namun, selama sejak terbit sampai hampir  tenggelam,  kita  tidak  dapat  melihat  Bulan  Sabit  (Hilal)  ini karena intensitas cahayanya kalah jauh dengan sinar Matahari. Baru ketika menjelang hari tenggelam, intensitas cahaya Matahari semakin lemah, sehingga tampaklah Bulan Sabit (Hilal) tersebut.

b. Fase Kedua

Semakin   jauh   Bulan   bergerak   meninggalkan   titik   ijtima’, semakin besar pula cahaya Bulan yang tampak dari Bumi. Hal ini disebabkan adanya bagian Bulan yang terkena sinar Matahari terus bertambah besar sampai  pada suatu posisi di  mana  Bulan kelihatan separuh.  Ini  terjadi  sekitar  tujuh  hari  kemudian  setelah  bulan  mati, Bulan  akan  tampak  dari  Bumi  dengan  bentuk  setengah  lingkaran. Bentuk seperti ini disebut Kwartir I atau Tarbi’ Awwal (Kuartal Pertama).
Bila   pada   kondisi   fase   pertama   Bulan   segera   menyusul tenggelam  mengikuti  tenggelamnya  Matahari  beberapa  menit kemudian, pada fase kedua ini Bulan baru tenggelam sekitar enam jama kemudian setelah tenggelamnya Matahari atau sekitar tengah malam. Tenggelamnya Bulan pada fase ini tidak lain adalah akibat dari gerakan rotasi Bumi pada porosnya selama kurang lebih 24 jam. Bulan selalu berubah-ubah bentuk, hal ini disebabkan berubahnya letak bulan dalam peredarannya mengelilingi  bumi.  Dalam  perjalanannnya  mengitari bumi, jarak antara bulan dan bumi berbeda-beda, paling dekat 221.463 mil dan paling jauh 252.710 mil. Bulan  lebih  lambat  sekitar  6  jam  daripada  Matahari.  Pada kondisi ini Bulan terbit dari sebelah timur ketika sekitar tengah hari, berada  tepat  di  tengah  langit  kita  pada  saat  sekitar  tenggelamnya Matahari, dan tenggelam di ufuk barat sekitar tengah malam.

c. Fase Ketiga

Dalam beberapa hari berikutnya, Bulan akan tampak semakin membesar. Dalam istilah Astronomi, fase ini disebut waxing gibbous moon atau waxing humped moon. Waktu terbit Bulan menjadi semakin melambat dibandingkan dengan Matahari. Bulan terbit pada sekitar jam 15.00, tepat di tengah langit kita pada sekitar 21.00, dan tenggelam pada sekitar jam 03.00 pagi.

d. Fase Keempat 

Kemudian pada pertengahan  Bulan (sekitar tanggal 15 bulan Qomariyah), sampailah pada saat di mana Bulan pada titik oposisi dengan Matahari yaitu saat istiqbal. Pada saat ini, Bumi persis sedang berada di antara Bulan dan Matahari. Bagian Bulan yang sedang menerima sinar Matahari hampir seluruhnya terlihat dari Bumi. Akibatnya   Bulan   tampak   seperti   bulatan   penuh.   Peristiwa   ini dinamakan Badr atau Bulan Purnama.
Pada kondisi purnama, Bulan terlambat 12 jam daripada Matahari. Ini berarti Bulan akan terbit bersamaan dengan tenggelamnya Matahari, berada tepat di tengah langit kita pada tengah malam, dan tenggelam saat Matahari terbit. Bila Bulan betul-betul pada posisi yang segaris dengan Bumi dan Matahari dalam kondisi ini, maka akan terjadi gerhana Bulan di tempat tersebut karena bayangan Bumi tepat menutupi Bulan.

e. Fase Kelima

Sejak  purnama  sampai  dengan  terjadinya  gelap  total  tanpa Bulan, bagian Bulan yang terkena sinar Matahari kembali mengecil di bagian dari sisi lain dalam proses waxing gibbous moon. Dalam Astronomi,  proses  ini  disebut  waning  sehingga  Bulan  yang  berada dalam  kondisi  ini  dinamakan  waning  gibbous  moon  atau  waning humped moon. Pada fase ini, Bulan sekitar 9 jam lebih awal daripada Matahari. Ini berarti Bulan terbit di sebelah timur pada sekitar pukul 21.00, berada tepat di tengah langit kita pada sekitar jam 03.00 pagi, dan tenggelam pada saat sekitar jam 09.00.

f. Fase Keenam

Sekitar 3 minggu setelah hilal, bagian permukaan Bulan akan tampak separuh kembali (setengah lingkaran). Namun, bagian yang tampak dari Bumi ini arahnya kebalikan dari kuartal pertama. Fase yang demikian dinamakan kuartal terakhir atau kuartal ketiga. Pada fase ini, Bulan terbit lebih awal sekitar 6 jam daripada Matahari.  Ini berarti Bulan terbit di sebelah timur pada sekitar pukul 24.00 (tengah malam), tepat berada di tengah langit kita pada sekitar Matahari terbit, dan tenggelam di ufuk barat pada sekitar tengah hari (jam 12.00).
Menurut Muhyiddin Khazin, proses dari tujuh hari setelah bulan purnama yang membuat Bulan akan tampak dari Bumi dalam bentuk setengah lingkaran lagi disebut Kwartir II atau Tarbi’ Sani.

g. Fase Ketujuh

Memasuki minggu akhir keempat sejak hilal, bentuk permukaan Bulan yang terkena sinar Matahari semakin mengecil sehingga membentuk Bulan sabit tua (waning crescent). Bulan terbit semakin mendahului  Matahari  dalam  rentan  waktu  sekitar 9 jam.  Ini  berarti Bulan terbit di ufuk timur pada sekitar jam 03.00, tepat di tengah langit kita sekitar jam 09.00 pagi, dan tenggelam di ufuk barat pada sekitar jam 15.00.

h. Fase Kedelapan

Pada posisi ini, Bulan berada pada arah yang sama terhadap Matahari. Bagian Bulan yang terkena sinar Matahari adalah yang membelakangi Bumi. Dengan demikian, bagian Bulan yang menghadap ke Bumi semuanya gelap. Ini merupakan kondisi tanpa Bulan, di mana pada fase ini Bulan dan Matahari terbit dan tenggelam hampir bersamaan. Dengan kata lain, Bulan terbit di ufuk timur sekitar jam 06.00, berada di tengah langit kita pada sekitar jam 12.00 (tengah hari), dan tenggelam di ufuk barat pada pukul 18.00. Karena sisi gelap Bulan yang menghadap kita, maka kita tidak dapat melihat Bulan kecuali bila terjadi gerhana Matahari. Dalam terminologi ilmu Astronomi, peristiwa ini disebut konjungsi dan terjadi bulan baru. Menurut kalender China, kondisi seperti ini juga dijadikan sebagai tanda dari munculnya awal sebuah bulan.


Gambar: Fase-Fase Bulan


Fase-fase Bulan ini dapat dipergunakan dalam penentuan waktu bulanan selama satu tahun. Jenis kalender yang menggunakan Bulan sebagai acuan disebut kalender Bulan (Lunar Calender). Perhitungan ini dilakukan dengan melihat perubahan fase-fase Bulan setiap harinya selama 1 bulan. Dengan begitu, jumlah hari dapat dilihat berdasarkan bentuk permukaan Bulan yang tampak dari Bumi. Awal bulan ditandai dengan munculnya hilal (bulan sabit kecil) karena  pada  permukaan  Bulan  yang  berbentuk  sabit  tersebut  sinar  Matahari yang mengenai Bulan dipantulkan. Kemudian sinar tersebut bertambah   semakin   besar   dan   mencapai   puncaknya   pada   Bulan purnama. Setelah Bulan purnama, sinar Matahari yang diterima dan dipantulkan Bulan akan semakin mengecil dari hari ke hari dengan arah yang berlawanan. Pada hari-hari akhir bulan, Bulan semakin tidak tampak dan menjadi Bulan mati. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya sinar Matahari yang dipantulkan Bulan.
Fase-fase Bulan yang berlangsung secara teratur tiap bulannya memberikan kemudahan bagi manusia untuk membuat sistem waktu. Sistem waktu ini berupa perhitungan jumlah hari setiap bulan  yang mengikuti siklus sinodis Bulan. Artinya, meskipun Bulan telah melakukan perputaran sebesar 360º, masih belum dianggap memasuki awal bulan baru. Penyebabnya tidak lain karena perputaran 360º ini hanya sampai pada rentan waktu di mana Bulan berada pada posisi bulan tua. Sedangkan untuk memasuki bulan baru, hilal harus dapat dilihat. Secara otomatis harus ada beberapa hari tambahan dari masa bulan tua untuk berubah menjadi hilal. Oleh sebab itu, siklus semacam ini   dinamakan   siklus   visibilitas   hilal   (meminjam   istilah   Moedji Raharto).
Pergantian hari dalam penanggalan ini tidak bergantung pada meridian  rotasi  Bumi,  tapi  ditentukan  oleh  kedudukan  Matahari. Konsep waktu dalam penanggalan Bulan (terutama kalender Hijriyah umat Islam) menggunakan benda langit yang sebenarnya. Pergantian bulan ditentukan dengan visibilitas hilal dan berdasarkan teori serta pengalaman empiris. Visibilitas hilal hanya terjadi bila Bulan telah melewati ijtima’ atau konjungsi. Pada saat kedudukan Bulan dan Matahari di langit berdekatan, visibilitas hilal memerlukan kondisi Matahari terbenam sehingga penentuan waktu berdasarkan sistem ini memang konsisten karena pergantian awal bulan dan hari berlangsung pada saat Matahari terbenam.

Mengapa fase bulan sangat berperan dalam sistem penanggalan?

Karena Bulan memiliki dua periode putar jika menilik pergerakan bumi bersama-sama bulan mengelilingi matahari yaitu : periode sideris dan perode sinodis, dimana keduanya memiliki jumlah selisih yang sangat berpengaruh dalam system penanggalan.


No. Materi Type File Link Download
1.
Inisiasi 5.1
Pdf
2.
Diskusi 5
Pdf
3.
Tugas 2PdfLink 3

0 comments:

Post a Comment