Diskusi 5
Pengaruh Revolusi Bumi Dan Sistem Lunar Calender
Materi Inisiasi 5.1
Permasalahan:
Jelaskan apa saja efek dari revolusi bumi terhadap kehidupan di bumi?
Salah satu fenomena akibat pergerakan dalam sistem matahari-bumi dan bulan adalah terjadinya fase bulan yang berpengaruh dalam sistem penanggalan (kalender). Setelah membaca modul terkait gerak bumi, waktu, dan penanggalan dan mempelajari media animasi yang telah disediakan mari diskusikan : bagaimana fase bulan dapat terjadi? Mengapa fase bulan sangat berperan dalam sistem penanggalan?
Jawaban:
A. Pengertian Revolusi Bumi
Revolusi Bumi adalah peredaran bumi mengelilingi matahari. Revolusi bumi merupakan akibat tarik menarik antara gaya gravitasi matahari dengan gaya gravitasi bumi, selain perputaran bumi pada porosnya atau disebut rotasi bumi.
Kala revolusi bumi dalam satu kali mengelilingi matahari adalah 365¼ hari. Bumi berevolusi tidak tegak lurus terhadap bidang ekliptika melainkan miring dengan arah yang sama membentuk sudut 23,50 terhadap matahari, sudut ini diukur dari garis imajiner yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan yang disebut dengan sumbu rotasi.
B. Pengaruh Revolusi Bumi
1. Pergantian musim
Belahan bumi utara dan selatan mengalami empat musim. Empat musim itu adalah musim semi, musim panas, musim gugur,, dan musim dingin. Berikut ini adalah tabel musim pad waktu dan daerah tertentu di belahan bumi.
Musim-musim dibelah bumi utara
- Musim semi : 21 Maret – 21 Juni
- Musim panas : 21 Juni – 23 September
- Musim gugur : 23 September – 22 Desember
- Musim Dingin : 22 Desember – 21 Maret
- Musim semi : 23 September – 22 Desember
- Musim panas : 22 Desember – 21
- Maret Musim gugur : 21 Maret – 22 Juni
- Musim Dingin : 21 Juni – 23 September
Perbedaan lamanya siang dan malam
Antara tanggal 21 Maret s.d 23 September
- Kutub utara mendekati matahari, sedangkan kutub selatan menjauhi matahari.
- Belahan bumi utara menerima sinar matahari lebih banyak daripada belahan bumi selatan.
- Panjang siang dibelahan bumi utara lebih lama daripada dibelahan bumi selatan.
- Ada daerah disekitar kutub utara yang mengalami siang 24 jam dan ada daerah disekitar kutub selatan yang mengalami malam 24 jam.
Antara tanggal 23 September s.d 21 Maret
- Kutub selatan lebih dekat mendekati matahari, sedangkan kutub utara lebih menjauhi matahari.
- Belahan bumi selatan menerima sinar matahari lebih banyak daripada belahan bumi utara.
- Panjang siang dibelahan bumi selatan lebih lama daripada belahan bumi utara.
- Ada daerah di sekitar kutub utara yang mengalami malam 24 jam dan ada daerah di sekitar kutub selatan mengalami siang 24 jam.
Pada tanggal 21 Maret dan 23 Desember
- Kutub utara dan kutub selatan berjarak sama ke matahari.
- Belahan bumi utara dan belahan bumi selatan menerima sinar matahari sama banyaknya.
- Panjang siang dan malam sama diseluruh belahan bumi.
- Di daerah khatulistiwa matahahari tampak melintas tepat di atas kepala.
2. Gerak semu matahari
Pergeseran posisi matahari ke arah belahan bumi utara (22 Desember –21 Juni) dan pergeseran posisi matahari dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan (21 Juni – 21 Desember ) disebut gerak semu harian matahari. Disebut demikian karena sebenarnya matahari tidak bergerak. Gerak itu akibat revolusi bumi dengan sumbu rotasi yang miring.
3. Terlihatnya rasi bintang yang berbeda dari bulan ke bulan
Rasi bintang adalah susunan bintang-bintang yang tampak dari bumi membentuk pola-pola tertentu. Bintang-bintang membentuk sebuah rasi sebenarnya tidak berada pada lokasi yang berdekatan. Karena letak bintang- bintang itu sangat jauh, maka ketika diamati dari bumi seolah-olah tampak berdekatan. Rasi bintang yang kita kenal antara lain Aquarius, Pisces, Gemini, Scorpio, Leo, dan lain-lain.
Ketika bumi berada disebelah timur matahari, kita hanya dapat melihat bintang-bintang yang berada di sebelah timur matahari. Ketika bumi berada di sebelah utara matahari, kita hanya dapat melihat bintang-bintang yang berada di sebelah utara matahari. Akibat adanya revolusi bumi, bintang-bintang yang nampak dari bumi selalu berubah.
4. Kalender Masehi
Lama waktu dalam setahun adalah 365 hari. Untuk menampung kelebihan ¼ hari pada tiap tahun maka lamanya satu tahun diperpanjang 1 hari menjadi 366 hari pada setiap empat tahun. Satu hari tersebut ditambahkan pada bulan februari. Tahun yang lebih panjang sehari ini disebut tahun kabisat. Untuk mempermudah mengingat, maka dipilih sebagai tahun kabisat adalah tahun yang habis dibagi empat .
Sistem Lunar Calendar
A. Pengertian Sistem Lunar Calendar
Sistem lunar calendar merupakan sistem penanggalan yang perhitungannya didasarkan pada pergerakan bulan, sehingga sistem ini disebut juga dengan penanggalan kamariah. Konsep perhitungan sistem penanggalan ini didasarkan pada lama perjalanan rotasi bulan mengelilingi bumi. Jumlah rata-rata lama rotasi bumi adalah 29,530588 hari atau 29h 12j 44m 2,8d (periode sinodis bulan).
Jika menilik pergerakan bumi bersama-sama bulan mengelilingi matahari, maka terjadi dua waktu peredaran yang dimiliki bulan, periode sideris dan perode sinodis. Periode sideris adalah rentang waktu yang dibutuhkan bulan untuk mengitari bumi satu lingkaran penuh selama 27,32166 hari atau 27h 7j 43m. Sedangkan periode sinodis adalah rentang waktu yang dibutuhkan oleh bulan antara satu fase bulan baru ke fase bulan baru berikutnya (dua konjungsi) yaitu selama 29,530588 hari atau 29h 12j 44m 2,8d, maka dalam satu bulan kadang berumur 29 hari atau 30 hari.
Waktu yang dibutuhkan bulan mengelilingi bumi untuk sekali putaran (sideris) merupakan periode yang sebenarnya, namun waktu peredaran ini tidak dipergunakan dalam perhitungan bulan, karena belum terjadinya bulan baru yang ditandai dengan wujudnya hilal.
Sehingga dalam regulasi sistem lunar calendar, waktu peredaran yang dipergunakan adalah periode sinodis, contoh penanggalan yang termasuk sistem ini adalah penanggalan Hijriah. Susiknan Azhari yang mengutip pernyataan Muhammad Ilyas mengatakan bahwa penanggalan Hijriah yaitu penanggalan yang berdasarkan perhitungan kemungkinan hilal pertama kali terlihat (visibilitas hilal) dari suatu tempat pada sebuah negara. Penanggalan Hijriah yang masuk kategori sistem lunar merupakan penanggalan yang awal perhitungan bulan barunya didasarkan apabila telah terjadi konjungsi matahari terlebih dahulu dibandingkan bulan (moonset after sunset). Sangat berbeda jika dibandingkan penanggalan Masehi yang menekankan pada konsistensi terhadap perubahan musim, tanpa memperhatikan tanda perubahan hariannya. Penanggalan Hijriah hanya berumur 354,3667 hari dalam setahun, artinya pada tiap tahun terdapat selisih kurang 11 hari.
jika dikomparasikan dengan penanggalan Masehi yang berumur 365,2422518 hari. Akibatnya, semua perayaan yang terdapat dalam penanggalan Hijriah seperti puasa Ramadlan, Idul Fitri, atau Idul Adha selalu terjadi mundur setiap tahun. Maka semua bulan dalam penanggalan Masehi akan mengalami beberapa perayaan penanggalan Hijriah tersebut.
B. Fase-Fase Bulan
Bulan adalah benda langit yang tidak mempunyai sinar. Cahayanya yang tampak dari Bumi sebenarnya merupakan sinar Matahari yang dipantulkan oleh Bulan. Dari hari ke hari bentuk dan ukuran cahaya Bulan berubah-ubah sesuai dengan posisi Bulan terhadap Matahari dan Bumi.
Hal ini dinamakan fase Bulan (Moon’s phase) dan terulang setiap sekitar 29,5 hari, yaitu waktu yang diperlukan Bulan untuk mengelilingi Bumi. Empat fase utama yang penting bagi Bulan antara lain:
- Bulan Baru (New Moon)
- Kuartal Pertaama (First Quarter)
- Bulan Purnama (Full Moon)
- Kuartal Ketiga atau Terakhir (Third Quarter atau Last Quarter)
Empat fase di atas merupakan fase utama Bulan. Selain fase utama tersebut, juga terdapat delapan fase yang lebih detail. Delapan fase ini dapat dibedakan dalam proses sejak waktu hilal (Bulan baru) muncul sampai tidak ada (tidak tampak). Pada dasarnya, ini menunjukkan delapan tahap bagian permukaan Bulan yang terkena sinar Matahari dan kenampakan geosentris bagian yang tersinari ini yang dapat dilihat dari Bumi. Kondisi yang dijelaskan dalam tahapan detail fase Bulan ini dapat berlaku di lokasi manapun di permukaan Bumi. Fase-fase tersebut antara lain.
a. Fase Pertama
Pada saat Bulan persis berada diantara Bumi dan Matahari yaitu pada saat ijtima’ maka seluruh bagian Bulan yang tidak menerima sinar Matahari persis menghadap ke Bumi. Akibatnya, saat itu Bulan tidak tampak dari Bumi. Peristiwa tersebut dinamakan Muhak atau Bulan Mati.
Begitu Bulan bergerak, maka ada bagian Bulan yang menerima sinar dari Matahari terlihat dari Bumi. Bagian Bulan ini terlihat sangat kecil dan berbentuk sabit. Peristiwa ini lah yang disebut dengan Hilal awal bulan.
Dalam posisi (fase) ini, bersamaan dengan gerakan Bulan mengelilingi Bumi, kita melihat bagian Bulan yang terkena sinar Matahari semula sangat kecil berbentuk sabit (crescent) yang semakin hari semakin membesar. Yang harus diperhatikan, dan sering menjadi anggapan umum yang salah adalah bagian Bulan yang gelap adalah semata-mata karena tidak terkena sinar Matahari, bukan karena terhalang Bumi (karena peristiwa Bulan tertutup bayangan Bumi disebut gerhana Bulan, dan kedua peristiwa ini jelas berbeda).
Bulan mengalami perubahan bentuk, membesar dari sabit menjadi setengah lingkaran, kemudian lingkaran penuh dan menyusut kembali. Dikarenakan perubahan posisi bulan relatif terhadap matahari jika ditinjau dari bumi.
Saat Bulan sabit pertama kali dapat dilihat inilah yang disebut Hilal yang menandai awal sebuah Bulan dalam kalender Hijriyah dan kalender bangsa Yahudi (kalender Yahudi juga menggunakan kondisi hilal ini sebagai hari pertama dari sebuah bulan). Dalam ilmu Astronomi, proses semakin besarnya Bulan ini dinamakan waxing crescent moon.
Bulan baru sebetulnya terbit di sebelah timur hampir bersamaan dengan terbitnya Matahari, berada tepat di tengah langit juga sekitar waktu tengah hari, dan tenggelam juga hampir bersamaan dengan tenggelamnya Matahari di barat. Namun, selama sejak terbit sampai hampir tenggelam, kita tidak dapat melihat Bulan Sabit (Hilal) ini karena intensitas cahayanya kalah jauh dengan sinar Matahari. Baru ketika menjelang hari tenggelam, intensitas cahaya Matahari semakin lemah, sehingga tampaklah Bulan Sabit (Hilal) tersebut.
b. Fase Kedua
Semakin jauh Bulan bergerak meninggalkan titik ijtima’, semakin besar pula cahaya Bulan yang tampak dari Bumi. Hal ini disebabkan adanya bagian Bulan yang terkena sinar Matahari terus bertambah besar sampai pada suatu posisi di mana Bulan kelihatan separuh. Ini terjadi sekitar tujuh hari kemudian setelah bulan mati, Bulan akan tampak dari Bumi dengan bentuk setengah lingkaran. Bentuk seperti ini disebut Kwartir I atau Tarbi’ Awwal (Kuartal Pertama).
Bila pada kondisi fase pertama Bulan segera menyusul tenggelam mengikuti tenggelamnya Matahari beberapa menit kemudian, pada fase kedua ini Bulan baru tenggelam sekitar enam jama kemudian setelah tenggelamnya Matahari atau sekitar tengah malam. Tenggelamnya Bulan pada fase ini tidak lain adalah akibat dari gerakan rotasi Bumi pada porosnya selama kurang lebih 24 jam. Bulan selalu berubah-ubah bentuk, hal ini disebabkan berubahnya letak bulan dalam peredarannya mengelilingi bumi. Dalam perjalanannnya mengitari bumi, jarak antara bulan dan bumi berbeda-beda, paling dekat 221.463 mil dan paling jauh 252.710 mil. Bulan lebih lambat sekitar 6 jam daripada Matahari. Pada kondisi ini Bulan terbit dari sebelah timur ketika sekitar tengah hari, berada tepat di tengah langit kita pada saat sekitar tenggelamnya Matahari, dan tenggelam di ufuk barat sekitar tengah malam.
c. Fase Ketiga
Dalam beberapa hari berikutnya, Bulan akan tampak semakin membesar. Dalam istilah Astronomi, fase ini disebut waxing gibbous moon atau waxing humped moon. Waktu terbit Bulan menjadi semakin melambat dibandingkan dengan Matahari. Bulan terbit pada sekitar jam 15.00, tepat di tengah langit kita pada sekitar 21.00, dan tenggelam pada sekitar jam 03.00 pagi.
d. Fase Keempat
Kemudian pada pertengahan Bulan (sekitar tanggal 15 bulan Qomariyah), sampailah pada saat di mana Bulan pada titik oposisi dengan Matahari yaitu saat istiqbal. Pada saat ini, Bumi persis sedang berada di antara Bulan dan Matahari. Bagian Bulan yang sedang menerima sinar Matahari hampir seluruhnya terlihat dari Bumi. Akibatnya Bulan tampak seperti bulatan penuh. Peristiwa ini dinamakan Badr atau Bulan Purnama.
Pada kondisi purnama, Bulan terlambat 12 jam daripada Matahari. Ini berarti Bulan akan terbit bersamaan dengan tenggelamnya Matahari, berada tepat di tengah langit kita pada tengah malam, dan tenggelam saat Matahari terbit. Bila Bulan betul-betul pada posisi yang segaris dengan Bumi dan Matahari dalam kondisi ini, maka akan terjadi gerhana Bulan di tempat tersebut karena bayangan Bumi tepat menutupi Bulan.
e. Fase Kelima
Sejak purnama sampai dengan terjadinya gelap total tanpa Bulan, bagian Bulan yang terkena sinar Matahari kembali mengecil di bagian dari sisi lain dalam proses waxing gibbous moon. Dalam Astronomi, proses ini disebut waning sehingga Bulan yang berada dalam kondisi ini dinamakan waning gibbous moon atau waning humped moon. Pada fase ini, Bulan sekitar 9 jam lebih awal daripada Matahari. Ini berarti Bulan terbit di sebelah timur pada sekitar pukul 21.00, berada tepat di tengah langit kita pada sekitar jam 03.00 pagi, dan tenggelam pada saat sekitar jam 09.00.
f. Fase Keenam
Sekitar 3 minggu setelah hilal, bagian permukaan Bulan akan tampak separuh kembali (setengah lingkaran). Namun, bagian yang tampak dari Bumi ini arahnya kebalikan dari kuartal pertama. Fase yang demikian dinamakan kuartal terakhir atau kuartal ketiga. Pada fase ini, Bulan terbit lebih awal sekitar 6 jam daripada Matahari. Ini berarti Bulan terbit di sebelah timur pada sekitar pukul 24.00 (tengah malam), tepat berada di tengah langit kita pada sekitar Matahari terbit, dan tenggelam di ufuk barat pada sekitar tengah hari (jam 12.00).
Menurut Muhyiddin Khazin, proses dari tujuh hari setelah bulan purnama yang membuat Bulan akan tampak dari Bumi dalam bentuk setengah lingkaran lagi disebut Kwartir II atau Tarbi’ Sani.
g. Fase Ketujuh
Memasuki minggu akhir keempat sejak hilal, bentuk permukaan Bulan yang terkena sinar Matahari semakin mengecil sehingga membentuk Bulan sabit tua (waning crescent). Bulan terbit semakin mendahului Matahari dalam rentan waktu sekitar 9 jam. Ini berarti Bulan terbit di ufuk timur pada sekitar jam 03.00, tepat di tengah langit kita sekitar jam 09.00 pagi, dan tenggelam di ufuk barat pada sekitar jam 15.00.
h. Fase Kedelapan
Pada posisi ini, Bulan berada pada arah yang sama terhadap Matahari. Bagian Bulan yang terkena sinar Matahari adalah yang membelakangi Bumi. Dengan demikian, bagian Bulan yang menghadap ke Bumi semuanya gelap. Ini merupakan kondisi tanpa Bulan, di mana pada fase ini Bulan dan Matahari terbit dan tenggelam hampir bersamaan. Dengan kata lain, Bulan terbit di ufuk timur sekitar jam 06.00, berada di tengah langit kita pada sekitar jam 12.00 (tengah hari), dan tenggelam di ufuk barat pada pukul 18.00. Karena sisi gelap Bulan yang menghadap kita, maka kita tidak dapat melihat Bulan kecuali bila terjadi gerhana Matahari. Dalam terminologi ilmu Astronomi, peristiwa ini disebut konjungsi dan terjadi bulan baru. Menurut kalender China, kondisi seperti ini juga dijadikan sebagai tanda dari munculnya awal sebuah bulan.
Gambar: Fase-Fase Bulan
Fase-fase Bulan ini dapat dipergunakan dalam penentuan waktu bulanan selama satu tahun. Jenis kalender yang menggunakan Bulan sebagai acuan disebut kalender Bulan (Lunar Calender). Perhitungan ini dilakukan dengan melihat perubahan fase-fase Bulan setiap harinya selama 1 bulan. Dengan begitu, jumlah hari dapat dilihat berdasarkan bentuk permukaan Bulan yang tampak dari Bumi. Awal bulan ditandai dengan munculnya hilal (bulan sabit kecil) karena pada permukaan Bulan yang berbentuk sabit tersebut sinar Matahari yang mengenai Bulan dipantulkan. Kemudian sinar tersebut bertambah semakin besar dan mencapai puncaknya pada Bulan purnama. Setelah Bulan purnama, sinar Matahari yang diterima dan dipantulkan Bulan akan semakin mengecil dari hari ke hari dengan arah yang berlawanan. Pada hari-hari akhir bulan, Bulan semakin tidak tampak dan menjadi Bulan mati. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya sinar Matahari yang dipantulkan Bulan.
Fase-fase Bulan yang berlangsung secara teratur tiap bulannya memberikan kemudahan bagi manusia untuk membuat sistem waktu. Sistem waktu ini berupa perhitungan jumlah hari setiap bulan yang mengikuti siklus sinodis Bulan. Artinya, meskipun Bulan telah melakukan perputaran sebesar 360º, masih belum dianggap memasuki awal bulan baru. Penyebabnya tidak lain karena perputaran 360º ini hanya sampai pada rentan waktu di mana Bulan berada pada posisi bulan tua. Sedangkan untuk memasuki bulan baru, hilal harus dapat dilihat. Secara otomatis harus ada beberapa hari tambahan dari masa bulan tua untuk berubah menjadi hilal. Oleh sebab itu, siklus semacam ini dinamakan siklus visibilitas hilal (meminjam istilah Moedji Raharto).
Pergantian hari dalam penanggalan ini tidak bergantung pada meridian rotasi Bumi, tapi ditentukan oleh kedudukan Matahari. Konsep waktu dalam penanggalan Bulan (terutama kalender Hijriyah umat Islam) menggunakan benda langit yang sebenarnya. Pergantian bulan ditentukan dengan visibilitas hilal dan berdasarkan teori serta pengalaman empiris. Visibilitas hilal hanya terjadi bila Bulan telah melewati ijtima’ atau konjungsi. Pada saat kedudukan Bulan dan Matahari di langit berdekatan, visibilitas hilal memerlukan kondisi Matahari terbenam sehingga penentuan waktu berdasarkan sistem ini memang konsisten karena pergantian awal bulan dan hari berlangsung pada saat Matahari terbenam.
Mengapa fase bulan sangat berperan dalam sistem penanggalan?
Karena Bulan memiliki dua periode putar jika menilik pergerakan bumi bersama-sama bulan mengelilingi matahari yaitu : periode sideris dan perode sinodis, dimana keduanya memiliki jumlah selisih yang sangat berpengaruh dalam system penanggalan.
0 comments:
Post a Comment