Diskusi 3
Sesi 3 Pengantar Pendidikan
Materi Inisiasi 3.1
Materi Inisiasi 3.2
Materi Inisiasi 3.3
Materi Inisiasi 3.4
Materi Inisiasi 3.5
Materi Inisiasi 3.6 (N/A)
Materi Inisiasi 3.7
Materi Inisiasi 3.8
Materi Inisiasi 3.9
No. | Materi | Type File | Link Download |
---|---|---|---|
1.
|
Inisiasi 3.1 |
PPT
|
|
2.
|
Inisiasi 3.2 |
Pdf
|
|
3.
|
Inisiasi 3.5 |
Pdf
|
No. | Materi | Type File | Link Download |
---|---|---|---|
4.
|
Inisiasi 3.7 |
Pdf
|
|
5.
|
Diskusi 3 |
Pdf
|
|
6.
|
Tugas 1 |
Pdf
|
Diskusi 3
Permasalahan 1
Jelaskan perbedaan gerakan parenialisme dan esensialisme ?
Permasalahan 2
Pendidikan dapat diharapkan untuk mengembangkan wawasan anak terhadao ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan dan pertahanan secara tepat. Terdapat pendapat mengenai fungsi pendidikan dalam masyarakat. Jelaskan fungsi tersebut ?
Jawaban Permasalahan 1
Watak umum perenialisme terkandung dalam makna asal katanya “perenis” (bahasa Latin) atau “perennial” (bahasa Inggris) yang berarti tumbuh terus melalui waktu, hidup terus dari waktu ke waktu atau abadi. Perenialist percaya adanya nilai – nilai, norma – norma yang bersifat abadi dalam kehidupan ini. Atas dasar itu perenialist memandang pola perkembangan kebudayaan sepanjang zaman adalah sebagai pengulangan dari apa yang pernah ada sebelumnya.
Perenialisme muncul atau berkembang sebagai reaksi dan solusi yang di ajukan atas terjadinya suatu keadaan yang mereka sebut sebagai krisis kebudayaan manusia modern. Seperti dikutip Mohammad Noor Syam (1984), Brameld menyatakan ….”kaum Perenialisme mereaksi dan melawan kegagalan – kegagalan dan tragedi – tragedi dalam abad modern ini dengan mundur kembali kepada kepercayaan – kepercayaan yang aksiomatis, yang telah teruji tangguh baik mengenai hakikat realitas, pengetahuan maupun nilai, yang telah memberi dasar fundamental bagi abad – abad sebelumnya”.
Perenialisme dan Esensialisme mempunyai persamaan dalam hal Progresivisme, tetapi Perenialisme berbeda dengan Esensialisme lain dalam hal prinsip perenialis yang religius (Theologis), yang agama oriented. Di katakan demikian, sebab sekalipun ada perenialist yang sekuler, namun mereka merupakan minoritas dalam Perenialisme.
Filsafat Pendukung yang melandasi
Perenialisme di dukung atau dilandasi oleh filosofis Yunani Klasik yaitu Plato dan di dukung oleh fisafat Humanisme Rasional dan Supernaturalisme Thomas Aquinas
Pandangan Ontologis
Menurut Perenialisme manusia terutama membutuhkan jaminan bahwa” realitas bersifat universal – realitas itu ada di manapun dan sama disetiap waktu”. Realitas bersumber dan bertujuan akhir kepada realita Supernatural Tuhan (asas supernatural). Realitas mempunyai watak bertujuan (asas teleologis). Substansi realitas adalah bentuk dan materi (hylemorphisme)
Pandangan Epistemologi
Pengetahuan di peroleh manusia melalui berfikir deduktif karena itu harus bersandar pada self –evidence. Berfikir induktif juga diakui dalam rangka mempelajari individual thing sebagaimana dilakukan dalam sains. Namun sains mempunyai ketergantungan pada filsafat untuk mendapatkan asas mendasarnya (first pronsiple).
Pandangan Aksiologi
Pandangan tentang hakikat nilai menurut Perenialisme adalah Pandangan mengenai hal – hal yang spiritual atau hakikat nilai dirurunkan dari Yang Absolut.
Pandangan Pendidikan
Implikasi dari pandangan di atas, Perenialisme memandang pendidikan sebagai cultural regression. Sebagai jalan kembali manusia sekarang ke dalam kebudayaan masa lampau yang di pandang sebagai kebudayaan ideal. Pendidikan bersifat universal, dan abadi. Pendidikan adalah persiapan untuk hidup. Tujuan pendidikan adalah membantu peserta didik menyingkap dan menginternalisasi nilai – nilai kebenaran yang abadi agar mencapai kebaikan dalam hidup. Kurikulum bersifat subject centered, uniform, universal, dan abadi. Mata pelajaran yang mempunyai rasional content berkedudukan lebih tinggi dari yang lainnya karena harus mengembangkan rasionalitas manusia. Sumber isi kurikulum adalah karya – karya besar berupa The Great Books. Metode pendidikan dilakukan melalui membaca dan sebagainya. Diskusi isinya karya – karya besar yang tertuang dalam The Great Books.
Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini di kuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme di dukung oleh idealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada.
Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat bahwa alam semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata dalam arti spiritual
Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya ,apabila dihayati oleh objek tertentu dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut. Esensialisme di kenal sebagai gerakan pendidikan dan juga sebagai aliran filsafat pendidikan.
Esensialisme berusaha mencari dan mempertahankan hal – hal yang esensial yaitu sesuatu yang bersifat inti atau hakikat fundamental atau unsur mutlak yang menentukan keberadaan sesuatu. Menurut Esensialisme, yang esensial tersebut harus diwariskan kepada generasi muda agar dapat bertahan dari waktu ke waktu karena itu Esensialisme tergolong Tradisionalisme.
Esensialisme tumbuh sebagai protes atau perlawanan terhadap Progresivisme. Esensialisme mempunyai pandangan tentang kebudayaan dan pendidikan yang berbeda dengan Progresivisme. Esensialisme menolak pandangan progrevisme yang mengakui adanya sifat realitas yang serba berubah, fleksibe, particular dan bahwa nilai – nilai itu relative dan sebagainya.
Filsafat Pendukung yang melandasi
Esensialisme di dukung atau dilandasi oleh filsafat Idealisme dan Realisme.
Pandangan Ontologis
Ontologi Idealisme : realitas yang hakiki adalah dunia ideal , sedangkan realitas materialnya adalah copy dari realitas ideal.
Ontologi Realisme : realitas bersifat eksternal dan objektif, di dalam alam terdapat hukum – hukum objektif (kausalitas). Manusia dan masyarakat tunduk pada hukum – hukum tersebut. Manusia mempunyai intelegensi sebagai alat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungannya.
Pandangan Pendidikan
Implikasi dari pandangan di atas maka pendidikan adalah proses konservasi kebudayaan. Pendidikan harus di dasarkan pada nilai – nilai kebudayaan yang telah ada karena telah teruji dalam segala zaman, kondisi, dan sejarah. Pendidikan adalah persiapan untuk hidup, bukan hidup itu sendiri. Tujuan pendidikan adalah mentransmisi kebudayaan sebab itu sekolah hendaknya berpusat kepada masyarakat.
Kurikulum berisi berbagai pengetahuan dan nilai – nilai agama yang di pandang esensial dan subjek matter centered. Metode : mengutamakan metode tradisional yang berhubungan dengan disiplin mental. Guru hendaknya berperan sebagai mediator dunia masyarakat / orang dewasa dengan dunia peserta didik. Guru adalah pengambil inisiatif dalam proses pendidikan, sedangkan peserta didik berperan untuk menyesuaikan diri terhadap nilai – nilai yang absolut atau terhadap masyarakat dan alam. Belajar adalah menerima nilai – nilai sebagaimana di ajarkan guru dan pendidik.
Permasalahan 2
Tiga Pendapat tentang Fungsi pendidikan dalam masyarakat
1) Menurut (Wuradji, 1988, p31-42) Bahwa pendidikan sebagai lembaga konservatif mempunyai fungsi – fungsi sebagai berikut :
2) Menurut (Jeanne H. Ballantine 1983, p.5-7) Bahwa fungsi pendidikan dalam masyarakat itu sebagai berikut :
3) Bahwa fungsi pendidikan dalam masyarakat itu sebagai berikut :
Dari tiga pendapat tersebut diatas, tidak ada perbedaan tetapi saling melengkapi antara pendapat yang satu dengan pendapat yang lain.
Pada masyarakat pra industri tersebut, anak belajar dengan mengikuti atau melibatkan diri dalam aktifitas orang –orang yang lebih dewasa. Anak – anak mengamati apa yang mereka lakukan, kemudian menirunya dan anak – anak belajar dengan berbuat atau melakukan sesuatu sebagaimana dilakukan oleh orang – orang yang telah dewasa. Untuk keperluan tersebut anak –anak belajar bahasa atau simbol – simbol yang berlaku pada generasi tua, menyesuaikan diri dengan nilai – nilai yang berlaku, mengikuti pandangannya dan memperoleh keterampilan –keterampilan tertentu yang semuanya di peroleh lewat budaya masyarakatnya. Didalam situasi seperti itu semua orang dewasa adalah guru tempat dimana anak – anak meniru, mengikuti, dan berbuat seperti apa yang dilakukan oleh orang – orang yang lebih dewasa. Dengan semakin majunya masyarakat, pola budaya menjadi lebih kompleks dan memiliki deferensiasi antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lain, antara yang dianut oleh individu yang satu dengan individu yang lain, dan masyarakat tersebut telah mengalami perubahan – perubahan sosial. Ketentuan – ketentuan untuk berubah, mengakibatkan terjadinya transmisi budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya selalu menjumpai permasalahan – permasalahan.
PERENIALISME
Latar BelakangWatak umum perenialisme terkandung dalam makna asal katanya “perenis” (bahasa Latin) atau “perennial” (bahasa Inggris) yang berarti tumbuh terus melalui waktu, hidup terus dari waktu ke waktu atau abadi. Perenialist percaya adanya nilai – nilai, norma – norma yang bersifat abadi dalam kehidupan ini. Atas dasar itu perenialist memandang pola perkembangan kebudayaan sepanjang zaman adalah sebagai pengulangan dari apa yang pernah ada sebelumnya.
Perenialisme muncul atau berkembang sebagai reaksi dan solusi yang di ajukan atas terjadinya suatu keadaan yang mereka sebut sebagai krisis kebudayaan manusia modern. Seperti dikutip Mohammad Noor Syam (1984), Brameld menyatakan ….”kaum Perenialisme mereaksi dan melawan kegagalan – kegagalan dan tragedi – tragedi dalam abad modern ini dengan mundur kembali kepada kepercayaan – kepercayaan yang aksiomatis, yang telah teruji tangguh baik mengenai hakikat realitas, pengetahuan maupun nilai, yang telah memberi dasar fundamental bagi abad – abad sebelumnya”.
Perenialisme dan Esensialisme mempunyai persamaan dalam hal Progresivisme, tetapi Perenialisme berbeda dengan Esensialisme lain dalam hal prinsip perenialis yang religius (Theologis), yang agama oriented. Di katakan demikian, sebab sekalipun ada perenialist yang sekuler, namun mereka merupakan minoritas dalam Perenialisme.
Filsafat Pendukung yang melandasi
Perenialisme di dukung atau dilandasi oleh filosofis Yunani Klasik yaitu Plato dan di dukung oleh fisafat Humanisme Rasional dan Supernaturalisme Thomas Aquinas
Pandangan Ontologis
Menurut Perenialisme manusia terutama membutuhkan jaminan bahwa” realitas bersifat universal – realitas itu ada di manapun dan sama disetiap waktu”. Realitas bersumber dan bertujuan akhir kepada realita Supernatural Tuhan (asas supernatural). Realitas mempunyai watak bertujuan (asas teleologis). Substansi realitas adalah bentuk dan materi (hylemorphisme)
Pandangan Epistemologi
Pengetahuan di peroleh manusia melalui berfikir deduktif karena itu harus bersandar pada self –evidence. Berfikir induktif juga diakui dalam rangka mempelajari individual thing sebagaimana dilakukan dalam sains. Namun sains mempunyai ketergantungan pada filsafat untuk mendapatkan asas mendasarnya (first pronsiple).
Pandangan Aksiologi
Pandangan tentang hakikat nilai menurut Perenialisme adalah Pandangan mengenai hal – hal yang spiritual atau hakikat nilai dirurunkan dari Yang Absolut.
Pandangan Pendidikan
Implikasi dari pandangan di atas, Perenialisme memandang pendidikan sebagai cultural regression. Sebagai jalan kembali manusia sekarang ke dalam kebudayaan masa lampau yang di pandang sebagai kebudayaan ideal. Pendidikan bersifat universal, dan abadi. Pendidikan adalah persiapan untuk hidup. Tujuan pendidikan adalah membantu peserta didik menyingkap dan menginternalisasi nilai – nilai kebenaran yang abadi agar mencapai kebaikan dalam hidup. Kurikulum bersifat subject centered, uniform, universal, dan abadi. Mata pelajaran yang mempunyai rasional content berkedudukan lebih tinggi dari yang lainnya karena harus mengembangkan rasionalitas manusia. Sumber isi kurikulum adalah karya – karya besar berupa The Great Books. Metode pendidikan dilakukan melalui membaca dan sebagainya. Diskusi isinya karya – karya besar yang tertuang dalam The Great Books.
ESENSIALISME
Latar BelakangEsensialisme berpendapat bahwa dunia ini di kuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme di dukung oleh idealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada.
Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat bahwa alam semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata dalam arti spiritual
Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya ,apabila dihayati oleh objek tertentu dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut. Esensialisme di kenal sebagai gerakan pendidikan dan juga sebagai aliran filsafat pendidikan.
Esensialisme berusaha mencari dan mempertahankan hal – hal yang esensial yaitu sesuatu yang bersifat inti atau hakikat fundamental atau unsur mutlak yang menentukan keberadaan sesuatu. Menurut Esensialisme, yang esensial tersebut harus diwariskan kepada generasi muda agar dapat bertahan dari waktu ke waktu karena itu Esensialisme tergolong Tradisionalisme.
Esensialisme tumbuh sebagai protes atau perlawanan terhadap Progresivisme. Esensialisme mempunyai pandangan tentang kebudayaan dan pendidikan yang berbeda dengan Progresivisme. Esensialisme menolak pandangan progrevisme yang mengakui adanya sifat realitas yang serba berubah, fleksibe, particular dan bahwa nilai – nilai itu relative dan sebagainya.
Filsafat Pendukung yang melandasi
Esensialisme di dukung atau dilandasi oleh filsafat Idealisme dan Realisme.
Pandangan Ontologis
Ontologi Idealisme : realitas yang hakiki adalah dunia ideal , sedangkan realitas materialnya adalah copy dari realitas ideal.
Ontologi Realisme : realitas bersifat eksternal dan objektif, di dalam alam terdapat hukum – hukum objektif (kausalitas). Manusia dan masyarakat tunduk pada hukum – hukum tersebut. Manusia mempunyai intelegensi sebagai alat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungannya.
Pandangan Pendidikan
Implikasi dari pandangan di atas maka pendidikan adalah proses konservasi kebudayaan. Pendidikan harus di dasarkan pada nilai – nilai kebudayaan yang telah ada karena telah teruji dalam segala zaman, kondisi, dan sejarah. Pendidikan adalah persiapan untuk hidup, bukan hidup itu sendiri. Tujuan pendidikan adalah mentransmisi kebudayaan sebab itu sekolah hendaknya berpusat kepada masyarakat.
Kurikulum berisi berbagai pengetahuan dan nilai – nilai agama yang di pandang esensial dan subjek matter centered. Metode : mengutamakan metode tradisional yang berhubungan dengan disiplin mental. Guru hendaknya berperan sebagai mediator dunia masyarakat / orang dewasa dengan dunia peserta didik. Guru adalah pengambil inisiatif dalam proses pendidikan, sedangkan peserta didik berperan untuk menyesuaikan diri terhadap nilai – nilai yang absolut atau terhadap masyarakat dan alam. Belajar adalah menerima nilai – nilai sebagaimana di ajarkan guru dan pendidik.
Tiga Pendapat tentang Fungsi pendidikan dalam masyarakat
1) Menurut (Wuradji, 1988, p31-42) Bahwa pendidikan sebagai lembaga konservatif mempunyai fungsi – fungsi sebagai berikut :
- Fungsi sosialisasi
- Fungsi kontrol social
- Fungsi pelestarian budaya masyarakat
- Fungsi latihan dan pengembangan tenaga kerja
- Fungsi seleksi dan alokasi
- Fungsi pendidikan dan perubahan social
- Fungsi reproduksi budaya
- Fungsi difusi kultural
- Fungsi peningkatan social
- Fungsi modifikasi sosial
2) Menurut (Jeanne H. Ballantine 1983, p.5-7) Bahwa fungsi pendidikan dalam masyarakat itu sebagai berikut :
- Fungsi sosialisasi
- Fungsi seleksi, latihan dan alokasi
- Fungsi inovasi dan perubahan social
- Fungsi pengembangan pribadi dan social
3) Bahwa fungsi pendidikan dalam masyarakat itu sebagai berikut :
- Memindahkan nilai – nilai budaya
- Nilai – nilai pengajaran
- Peningkatan mobilitas social
- Fungsi Stratifikasi
- Latihan jabatan
- Mengembangkandan memantapkan hubungan – hubungan social
- Membentuk semangat kebangsaan
- Pengasuh bayi
Dari tiga pendapat tersebut diatas, tidak ada perbedaan tetapi saling melengkapi antara pendapat yang satu dengan pendapat yang lain.
Fungsi Pendidikan dalam Masyarakat
Pada masyarakat pra industri tersebut, anak belajar dengan mengikuti atau melibatkan diri dalam aktifitas orang –orang yang lebih dewasa. Anak – anak mengamati apa yang mereka lakukan, kemudian menirunya dan anak – anak belajar dengan berbuat atau melakukan sesuatu sebagaimana dilakukan oleh orang – orang yang telah dewasa. Untuk keperluan tersebut anak –anak belajar bahasa atau simbol – simbol yang berlaku pada generasi tua, menyesuaikan diri dengan nilai – nilai yang berlaku, mengikuti pandangannya dan memperoleh keterampilan –keterampilan tertentu yang semuanya di peroleh lewat budaya masyarakatnya. Didalam situasi seperti itu semua orang dewasa adalah guru tempat dimana anak – anak meniru, mengikuti, dan berbuat seperti apa yang dilakukan oleh orang – orang yang lebih dewasa. Dengan semakin majunya masyarakat, pola budaya menjadi lebih kompleks dan memiliki deferensiasi antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lain, antara yang dianut oleh individu yang satu dengan individu yang lain, dan masyarakat tersebut telah mengalami perubahan – perubahan sosial. Ketentuan – ketentuan untuk berubah, mengakibatkan terjadinya transmisi budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya selalu menjumpai permasalahan – permasalahan.
Tugas 1
Download Link Ada Pada Tabel Download di atas
0 comments:
Post a Comment